Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang digelar pemerintah dinilai juga menyebabkan harga gabah dan beras di eks Karesidenan Banyumas naik lebih cepat dari biasanya.
Memang, dalam program BPNT itu, tak ada kewajiban untuk mengambil beras dari Badan Urusan Logistik (Bulog). Permintaan beras untuk BPNT pun rata-rata harus berkualitas bagus atau premium.
Akibatnya, pengusaha yang menyuplai beras tak bisa mengambilnya dari beras kualitas medium. Ujungnya, stok gabah digiling untuk memenuhi kebutuhan BPNT dan pasaran umum.
"BPNT ini kan permintaannya hampir serempak. Mintanya berasnya juga yang bagus. Dengan sendirinya, yang tadinya nyetok gabah ya mulai digiling," ujarnya.
Kepala Bulog Sub-Divre IV Banyumas, Sony Supriyadi mengklaim stabilisasi harga beras sudah dilakukan. Caranya yakni dengan bekerjasama dengan pedagang dari kios-kios beras Bulog yang tersebar di sejumlah pasar.
Meski belum menggelar operasi pasar, tetapi, hingga awal dasarian kedua November 2018 ini, Bulog Banyumas telah menggelontorkan sebanyak 270 ton beras medium. Beras medium itu dijual dengan harga Rp 8.250 ke pedagang.
"Ada keuntungan sekitar Rp 750 per kilogram kalau dijual Rp 9.000. HET-nya Rp 9.450 per kilogram," ucap Sony.
Selain bekerjasama dengan pedagang, Bulog Banyumas juga menggelontorkan beras ke puluhan Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog yang tersebar di empat kabupaten, meliputi Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.
Dia pun mengakui, hingga kini opsi Operasi Pasar (OP) untuk menstabilkan harga belum dibicarakan. Akan tetapi, ia memastikan stok beras Bulog Banyumas siap untuk OP.
"Kita punya stok sekitar 19 ribu ton. Aman," dia menambahkan.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2S1TnN0
No comments:
Post a Comment