Pages

Sunday, May 12, 2019

7 dari 10 Bencana di Indonesia Terkait Perubahan Iklim

Adanya kejadian bencana hidrometeorologi yang lebih banyak terjadi di Tanah Air menjadi bukti kuat Indonesia termasuk salah satu negara di dunia yang rawan bencana. Indonesia rentan terhadap bencana. Dalam World Risk Report 2016, Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan risiko bencana tinggi. 

Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Sri Tantri Arundhati menjelaskan, kategori kerentanan nasional dilihat dari kondisi seluruh wilayah Indonesia. Data berasal dari Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014.

“74 persen wilayah Indonesia masuk kategori ‘cukup rentan.’ Kemudian 10 persen wilayah ‘tidak rentan’, 9 persen wilayah ‘agak rentan’,  4 persen wilayah ‘rentan’ terhadap bencana. 3 persen wilayah Indonesia bahkan masuk kategori ‘sangat rentan,” papar Tantri sebagaimana tertulis dalam pemaparan presentasinya.

Faktor perubahan iklim (temperatur suhu) dan permukaan suhu air laut memengaruhi kerentanan Indonesia terhadap bencana hidrometeorologi. Di luar skenario terbutuk (RCP8,5), kenaikan suhu rata-rata Indonesia diproyeksikan di bawah 2 derajat Celcius, menurut data Indonesia National Communication 2016.

Namun, perlu dicatat penyebaran  proyeksi  iklim  mengandung  ketidakpastian  (uncertainty). Dalam perhitungan kenaikan tertinggi suhu  rata-rata proyeksi  di  Indonesia  berpotensi  mencapai  nilai  yang sama  seperti  pada  rentang temperatur  global  pada  tahun  2100,  yaitu  lebih  dari 4 derajat Celcius. Proyeksi perubahan suhu air laut, hasil model Regional Ocean Modeling Systems (ROMS) tahun 2006 sampai 2040 menunjukkan, suhu Permukaan Laut (SPL) berubah dengan cepat dengan rata-rata SPL regional naik lebih dari 0,25 derajat Celcius per dekade.

Hasil proyeksi ini relatif sesuai dengan pengamatan menggunakan data satelit dan data direkonstruksi. Tingkat kenaikan SPL tertinggi kemungkinan akan terjadi di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Karimata yang mencapai 0,5 derajat Celcius per dekade.

”Tingkat kenaikan SPL di Laut Jawa, Laut Banda, Laut Sulawesi, dan laut sekitarnya berkisar antara 0,2 hingga 0,3 derajat Celcius per dekade. Sementara itu, tren kenaikan (permukaan suhu air laut) di Pasifik, bagian utara Papua mungkin menjadi yang terendah dibandingkan dengan tingkat kenaikan di daerah lain,” Tantri melanjutkan.

Anomali curah hujan juga menjadi faktor Indonesia rawan bencana. Hal ini terlihat tidak hanya dari kejadian bencana selama kurun waktu Pada  periode 2026-2050,  anomali  curah  hujan  bulanan  melebihi  200 mm per bulan  diproyeksikan  meningkat  di  beberapa  wilayah,  seperti Kalimantan  dan  Sulawesi. Potensi kenaikan curah hujan diproyeksikan  akan  terus  meningkat  pada tahun 2051-2075  dan  2076-2100. Kenaikan ini seiring  peningkatan  ketidakpastian perubahan anomali curah hujan di masa depan.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com http://bit.ly/2LAkX5L

No comments:

Post a Comment